Saturday, July 31, 2010

Pain, and No Gain

Menn..men..lagi-lagi pengalaman pahit *berlebihan* dalam men-download kembali saya alami. Sepuluh persen dari dua ratus juta penduduk Indonesia, yang mana adalah pengguna internet pastilah sudah terbiasa dan amat sangat paham dengan kecepatan internet di Indonesia yang bisa sangat tepat untuk dijadikan ajang untuk menguji kesabaran. Mengatahui asam-garam-pedas-yang tidak pernah manis per-internetan Indonesia entah mengapa saya masih tertarik untuk mengunduh film, ya film dengan ratusan mega byte dengan hanya mengandalkan kecepatan puluhan byte.Haha. Kalau diingat-ingat entah sejak kapan ya saya mulai melakukan hal ini, menunggu berjam-jam yang tak jarang hingga larut malam demi untuk sebuah unduhan.

Suatu ketika, saya dengan tekad mengunduh sebuah drama pendek Ueno (drama 5 episode, dengan cerita berbeda dan peran tokoh yang berbeda disetiap ceritanya) dengan menggunakan torrent. Kecepatan torrent tergantung dari banyaknya orang yang ikut men-download, dan berhubung yang ikut saat itu sedikit maka kecepatan yang dihasilkan pun yah-begitulah *saya pasrah*. Berminggu-minggu norrent di pause-start-pause-start, bujuk-bujuk orang rumah supaya mau mengaktifkan torrent saat mereka internetan (karena pengaktifan torrent menyebabakan lemotnya internet yang udah lemot, jadi perlu bujuk rayu yang ampuh), hasipun sudah menunjukkan 95%, tiba-tiba komputer menunjukan tanda-tanda bervirus. Menghindari dampak yang lebih buruk, scan antivirus pun diaktifkan.
Scan finish, delete virus. Virus hilang, muka senang.
Keesokan harinya..
Danngg!! Jangankan file hasil unduhan torrent, exe-nya pun untuk menginstal lenyap..

Meyakini perkataan Thomas Alfa Edison saat menciptakan bola lampu, "Saya bukan 1000 kali gagal dalam membuat bola lampu, tetapi saya menemukan cara lain untuk membuatnya", dan quote perkataan positif penuh optimisme lainnya, "kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda", maka saya melakukan hal itu lagi: mengunduh.

Saat lagi surfing di dunia maya, saya menemukan link film yang selama ini saya cari!. Dari kerabat dekat, handai taulan, hingga kober saya tanyakan dan tidak ada yang tau tentang film itu hingga akhirnya saya dapat link-nya! lalalala *nyengir*
Download. Waktu yang diperlukan: 7 jam *mangap*. Memutuskan untuk tetap men-download, dan untuk pertama kalinya meninggalkan komputer yang masih menyala-ke kampus.
Jam 6 sore, pulang kuliah. Hati senang, senyum-senyum, membayangkan betapa asiknya pulang kuliah-mandi-ngaso ngaso-nonton film hasil perjuangan (baca:download) sambil makan semangka ditemani jus *berlebihan*.
Play with: media player. Corrupt *mengernyit*
Play with: media classic. Corrupt *hah?!*
Play with: power dvd. Corrupt *AAPAAHHH??!!!!*
7 jam yang hanya menambah biaya tagihan listrik plus sakit hati.

Karena menjadi orang yang mendendam bukanlah sesuatu yang baik, maka kemarin saya memulai kembali pengunduhan film ratusan mega byte. Di keterangannya butuh waktu tiga jam, oke lah masih saya anggap normal, yah sekalian sambil nonton dvd di laptop tidak akan terasalah. Internet disiang hari ternyata amat sangatttt *tidak bisa lagi berkata-kata*, dengan kecepatan 15kb/sec maju terus pantang mundur. 3 setengah jam berlalu *wah gw diboongin, katanya cuma 3 jam*. Tiba-tiba, PET (listrik mati).
Yang ada dipikiran: "untung laptop pakai batere, jadi ga mati. Lagi seru nih nonton dvd"
15 menit kemudian listrik nyala. Cek internet *membatu*, baru inget kalo listrik mati=internet mati=donwload terhenti.
Refresh download, not working. MENGULANG dari awal lagi. Nangis.

Wednesday, July 21, 2010

Little Men with a Huge Spirit

"Assalammu'alaikum. Amah Tiwi, Amah Tiwi..." (Amah, panggilan untuk seorang perempuan yang belum menikah dalam bahasa Arab. Kurang lebih seperti Kakak)
"
Wa'alaikumsallam", saya melongok ke pagar.
"Amah Tiwi, mau beli es ga?"

Ya, sekitar pk.14.00, saat matahari sedang terik-teriknya, saat hampir semua orang memilih untuk tidur atau sekedar istrirahat bahkan menolak melakukan kegiatan di luar ruangan, dua bocah berumur 7 dan 9 tahun seperti menantang matahari-dengan semangat dan senyum merekah berkeliling menjual es.

Muhammad dan Syamil, mereka tak lain adalah murid Kakak saya. Menurut Kakak saya, mereka (terutama Muhammad) memang sangat senang melakukan hal-hal semacam itu.
"Waktu itu pernah bantuin ngumpulin gelas Aqua, cuma dikasih 2ribu terus dibagi dua sama teman. Yah padahal udah cape-cape nyari. Ga mau lagi deh", ujar Muhammad. Haha.

Saya takjub melihat anak sekecil itu sudah memiliki semangat usaha yang tinggi
, sekaligus geli menyaksikkan kepolosannya.

Setelah keduanya pulang, Bapak melontarkan pertanyaan ke saya, "Kiki mau ga kalo disuruh jualan kaya gitu? berani ga?".
Saya terdiam, merenung. Jika mau jujur, saya tidak mempunyai mental dagang seperti mereka. Masih malu dan segan jika disuruh berdagang seperti itu. Kalah telak.
Padahal berdagang adalah pekerjaan yang disukai oleh Rasulullah SAW. Karena dalam berdagang ujiannya sangatlah besar, butuh kejujuran. Menjadi pedagang bisa membwa kita menjadi orang yang mulia dan masuk surga, atau malah sebaliknya.

Perlu diketahui 2 bocah itu tidak dengan paksaan loh, bahkan ummi-nya pun terkadang geleng-geeng kepala melihat tingkah kedua anaknya. Masya Allah..

Semoga Allah selalu memberkahimu, Muhammad & Syamil :)