Saturday, March 24, 2012

Kulo Tresno Ngayogjokarto! #3

Puas main-main dan foto-foto dengan segala pose, destinasi selanjutnya adalah Magelang untuk bermalam di penginapan yang telah dipesan ssbelumnya. Letaknya di dekat kawasan candi Borobudur.

Dikarenakan nasi terakhir yang masuk adalah pukul 10 pagi, maka di pukul 7 malam dalam perjalanan menuju Magelang kami memutuskan berenti di tempat makan yang pertama yang sedari siang cuma jadi wacana tanpa realisasi konkrit: Bakso!


Jadilah kami makan di... Dan begitu liat harga menunya, eng ing eng..semua harganya hampir bikin saya mangap. Bakso super segede kepala bayi cuma Rp.8500! Es jeruk Rp.2000! Rupiah lebih terasa berharga di Jogja :')

Kekaguman dan segala pujian yang saya lontarkan mendadak menguap ketika melihat 8 gelas air berwarna nyaris bening disajikan ke meja kami. "Perasaan tadi pesennya air jeruk", sambil mikir sambil nyeruput.
Oke, sodara-sodara ternyata inilah es jeruk 2 ribu rupiah! Jiahahaha.. Pantes aja harganya dua ribu, ternyata satu jeruk bisa jadi delapan gelas. hahaha. Tapi baksonya cukup enak kok :D

foto bersama es jeruk dua ribu

Selesai makan langsung meluncur menuju penginapan. Sekitar jam 10 malam kami sampai. Ngobrol-ngobrol dan perkenalan sebentar, eh ternyata pemilik rumah yang kami sewa ini Kepala Desa setempat loohh..! Namanya..umm.. aduh saya lupa :|

suasananya kaya mudik, ngangenin banget!

Mushola yang jaraknya cuma 5m
Ternyata kami disediakan satu rumah khusus. Sebenarnya ini rumah (kalau tidak salah ingat) adiknya Pak Kepala Desa, makanya fasilitasnya lengkap dan rumahnya super bersih! Jadi, ada 3 km.tidur, 1 km.mandi, dapur, ruang tv dan ruang tamu.


Selama menginap kami disuguhi macam-macam, dari mulai teh, makanan ringan, kue-kue khas, keripik sampai rambutan.


'sajen' dari tuan rumah

Pagi
Pagi ini alarm kami adalah adzan subuh yang bersumber hanya lima meter jaraknya dari penginapan. Bada sholat, rapi-rapi, dandan yang cakep (kan mau foto-foto.haha) langsung menuju ke Punthuk Setumbu untuk menyombongkan diri kepada matahari bahwa kami juga bisa bangun sebelum ia menampakkan diri! Haha.


So, inilah Punthuk Setumbu. Sebuah bukit dimana kita bisa melihat Gunung Merapi dan Tengger secara bersamaan serta Candi Borobudur yang menyembul dari balik kabut tipis.

Can you see the Borobudur?
Lokasi ini pertama kali ditemukan oleh seorang fotografer, kemudian berita tentang keindahan yang bisa didapt dari atas bukit ini pun menyebar dari mulut ke mulut. Sekarang Punthuk Setumbu sedang dalam masa 'merawat diri', karena rencananya akan dijadikan kebun buah. Berbagai macam buah sudah mulai ditanam (jenisnya lagi-lagi saya... lupa).



turun bukit, balik ke penginapan

Oh ya, kami juga dikasih sarapan dan wedang jahe lho saat di Punthuk Setumbu! :)

menikmati sarapan + pemandangan sekaligus

Sekitar jam 8, saat matahari mulai tinggi kami kembali ke penginapan.

Sampai di penginapan: Antri kamar mandi, main-main, makan rambutan, sampe akhirnya tepar, tidur lagi, mandi, dandan, bebenah, dsb. Kemudian pamit dan melanjutkan perjalanan ke destinasi kami yang terakhir.

foto bersama di depan rumah Pak Kades sekaligus penyewa rumah



Saturday, March 17, 2012

Kulo Tresno Ngayogjokarto! #2

Tanpa buang-buang waktu, dari Goa Pindul kami lanjut ke destinasi berikutnya: PANTAI GUNUNG KIDUL

Ke arah P.Baron/Krakal

Karena ini Jogja, dimana traffic-nya sepi dan keberadaan angkot sama seperti keberadaan Owa Jawa alias langka banget, jadilah perjalanan kami lancar jaya maju sentosa. Perjalanan ditempuh sekitar 1 jam. Jalanan menuju pantai cocok banget buat adegan kebut-kebutan ala Fast and Furious, karena sepiiii banget. Padahal weekend lho!


Akhirnya sampai! Tapi ternyata pantai Sundak yang menjadi tujuan utama kami itu rame banget. Wajah sumringah anak-anak kota konsumen pantai impian jaya Ancol yang mendambakan pantai alami, mendadak hilang. Kecewa.

Kemudian jiwa anak-muda-sotoy-sok-ngaku-backpackeran-padahal-kere-dan-gak-mau-rugi pun membuat keputusan untuk terus lurus melaju. Mencoba mencari peruntungan sambil jalan. Dan sampailah kami di Pantai Sadranan! Sebenarnya ini masih satu garis dengan Pantai Sundak, jaraknya juga cuma sekitar 30m. Tapi pantai ini lebih sepi. Pemandangannya... Ya ampun level nengis sodara-sodara! Gabungan antara Thailand (sotoy) & Bali.




Karena kondisi jalanan yang sangat sepi, maka kami memutuskan untuk ke penginapan sebelum gelap. Untungnya hari itu cuaca agak mendung, jadi sunset juga pasti ga akan keliatan. Kami pun bisa dengan ikhlas meninggalkan pantai sebelum senja menutup hari.




Eh, ada warungnya juga lho!

Sebelum melaju pergi dengan mobil, salah seorang teman merekomendasikan atau tepatnya meracuni kami untuk mampir ke pantai lain yang dia tonton di tv. Masih di sekitaran situ juga sih. So, in order to make a beautiful ending (cuih) then we decided to visit another beach! Yeay! Haha.

Di balik papan sederhana ini, tersimpan pantai yang oke tenan!

Serasa pantai pribadi. Ga ada orang sama sekali!


Saya lupa nama pantainya, sepertinya sih Krakal (dari papan di atas. haha), yang jelas jalanan menuju pantai ini lebih sepi, dan mistis. Beneran sepi banget, cuma mobil kami satu-satunya yang ada di sana. Padahal disana ada penginapan, tapi sepertinya lagi sepi pengunjung juga (atau ga ada sama sekali?)

Enjoying the breeze


Mentang-mentang sepi, parkir seenaknya di depan penginapan orang :p


Destinasi selanjutnya...


Photos by: Me, Dhay, MiaLink

Thursday, March 8, 2012

Kulo Tresno Ngayogjokarto! #1

Jumat (03/03/12) lalu, delapan anak Depok yang sumpek dengan rutinitas memutuskan untuk singgah sesaat ke kota lain: JOGJA!

Perjalanan dimulai Jumat malam, dengan kereta ekonomi dari stasiun Senen pk. 20.35 WIB. Semua hal di yang terjadi dalam trip kali ini baru pertama kali saya alami, termasuk menempuh perjalanan jarak jauh dengan kereta api.

Well, ternyata suasana dan kondisi kereta api ekonomi tidak separah seperti yang saya tonton di tv saat musim mudik, mungkin karena hari biasa dan bukan musim liburan juga kali ya.. Tapi kata teman saya sekarang memang jauh lebih tertib, tidak ada lagi penumpang yang 'berserakan' tidur di bawah kolong tempat duduk. Karena PT KAI hanya menjual tiket sesuai dengan jumlah tempat duduk. Jadi, sudah tidak ada lagi tiket berdiri. Konsekuensinya, kita harus antri saat pembelian tiket. Fyi, pemesanan tiket ekonomi harus H-7 sebelum keberangkatan dan loket dibka mulai 07.00WIB.

Kembali ke suasana kereta, banyak hal-hal baru yang saya temui dan baru saya tahu. Like these:
  1. WC kereta ekonomi cukup bersih.
  2. Ada jasa penyewaan bantal resmi dari PT KAI, harganya Rp.4000/bantal. Dan si mas-mas nya kalo bawa bantal heboh banget. Bisa sampe 20 tumpuk. Macam akrobat.
  3. Ada juga makanan yang resmi dijual dari PT KAI. Dari mulai nasi goreng dengan dua buah jenis telor, dadar dan ceplok yang mana ketebalan telor dadarnya hanya bisa diukur dengan menggunakan jangka sorong dan telor ceplok yang cuma 1/4 bagian seharga Rp.12.000,- sampai teh manis.
  4. Kereta akan berhenti cukup lama di beberapa stasiun (sekitar 10-15 menit), bahkan sempat berhenti satu jam di salah satu stasiun (lupa nama stasiunnya). Nah, saat itu banyak pedagang-pedangan lokal yang masuk dan menawarkan dagangannya. Dari "Enegren" sampai "Colonyet"!!
  5. Di salah satu stasiun, kalau tidak salah ingat setelah Cirebon akan ada banyak anak-anak muda pengamen yang agak memaksa. Mereke mengetuk-ngetuk jendela kereta, lalu menyodorkan tangannya ke dalam sambil teriak, "Minta seribu Teh/A, atau minta rokoknya" atau "Coba bayangin anak bapak kaya saya, minta seribu doang. Buat makan atau minta rokoknya". WTH! Minta uang buat ngerokok, yaila! Males banget saya dengernya. Saran saya, pura-pura tidur aja, lama-lama juga mereka pergi. Biarin aja marah-marah. Toh kereta juga akan jalan (hehe. jahat). Atau tutup jendela kereta.
  6. Nah ini yang paling menarik, setelah masuk daerah Jogja ada pengamen banci dengan bulu mata ala ombak Kuta Bali dan baju yang super sexy, nyayi lagu yang sangat ear catchy, "Wer ewer ewer, seerrr..!!". Kemungkinan besar ini banci daerah operasinya di sekitaran Jogja, soalnya temen saya juga pernah ketemu dan menyanyikan lagu yang sama, dengan alat musik khas-nya: bass betot. Jadi yang mau ke daerah Jogja dan sekitarnya siap-siap dengan pertemuan ini ya. Haha.

Setelah 10 jam perjalanan, akhirnya pukul 06.30WIB kami sampai di destinasi pertama: Stasiun Lempunyangan. Yippii!


Dari stasiun langsung ambil mobil sewa ke rental, kemudian cari sarapan. Masalah kuliner di Jogja ini, kami serahkan sepenuhnya kepada salah satu teman yang hampir 5 tahun ngilmu di Jogja: Dani. Dan jadilah kami sarapan di Lotek Ibu Bagyo. Loteknya enak sodara-sodara! Wajib coba!

kanan: Bung Dani, selaku guide + promotor sarapan kali ini

Selesai sarapan lanjut destinasi ke dua yaitu, Goa Pindul!
Perjalanan sekitar satu jam dari daerah dekat St. Lempuyangan (maap ga tau namanya. hehe) ke Goa Pindul. Karena petunjuk jalan yang terbatas jadilah kami bolak-balik tanya penduduk sekitar.


Wisata Goa Pindul ini baru resmi dibuka tahun 2010 lalu. Disana bisa mili, rafting atau tubbing ke dalam Goa. Kami memilih untuk tubbing, menyusuri Goa sepanjang 350m dengan menggunakan ban dan sodara-sodara, kedalamannya mencapai 3-10m!! Horor banget ga siihh, ngebayangin ada makhluk aneh apa aja tuh di dalem! << kebanyakan nonton film Hollywood

Di depan mulut Goa. Gaya dulu sebelum masuk

Note: jangan ilfeel liat airnya yang coklat, ini karena abis hujan jadi tanahnya naik. Kata bapaknya, kalau ga hujan biasanya warna hijau tosca. Tapi airnya tetep seger dan dingin lho! Khas air pegunungan.

Wisata goa ini bukan pertama kalinya bagi saya, jaman SD dulu saya sempat mengunjungi Goa Jatijajar. Dan sebenarnya saya kurang suka, entah kenapa bawaannya mistis ditambah udara dalam goa yang kalau kata orang Jawa 'anyep' dan penerangan yang remang-remang.

eng..ing..eng..siap-siap masuk ke dalam Goa

Goa Pindul dibagi dalam 3 zona: terang, redup, gelap total. Selama tubbing kita akan dipandu sama 2 orang bapak. Bapak itu nantinya akan menjelaskan segala hal tentang Goa, mulai dari stalaktit-stalakmit, legenda asal-usul goa sampai mitos-mitos. Beliau juga bantuin ambil foto.

bagian atap goa yang jadi sarang kalelawar

Saat mendekati 'pintu keluar' pke banget menurut saya. Di bagian atas ada bagian yang bolong, jadi sinar matahari masuk dan dinding-dindingnya dilapisi lumut-lumut hijau. Dan yang paling bikin saya amazed adalah, ada salah satu stalaktit yang berkilau-kilau seperti timbunan kristal. Berdasarkan informasi dari si Bapak, itu merupakan mineral murni yang mengendap jadi berkilau-kilau. Subhanallah. Kemampuan alam membuat takjub manusia bener-bener bikin saya speechless.

dari foto ga keliatan kilau-nya ya :|

destinasi selanjutnya...




photos by: me, purwo, ecky
Link
Link


Tuesday, March 6, 2012

Will You Sing It For Me?

No personal issues, just love the lyric and the way they sing it. Feels like they confessed to me. Hahahha..