Destinasi terakhir dalam trip singkat padat merekat (?) ini yaitu, Borobudur, Malioboro dan sekitarnya.
Yap, ternyata Borobudur masih sama panasnya seperti kunjungan saya 5 tahun lalu (ya emang ga mungkin juga sih tiba-tiba ada pohon di atas candi). Ini kunjungan saya yang ketiga kalinya, dan baru kali ini saya benar-benar aware sama harga tiket masuknya yang ternyata mahal juga ya bok! Untuk weekend Rp.30.000/orang, tarif ini mulai diberlakukan sejak 2012.
Meskipun topi-topi dan cenderamata nyaris sama seperti yang dijual (bahkan) 20 tahun lalu, tapi ada sekarang ada yang berbeda kalo kita mengunjungi Borobudur. Setiap pengunjung diwajibkan memakai kain yang telah disediakan, karena ini kan tempat ibadah jadi untuk mengantisipasi pakaian-pakaian pengunjung yang mini-mini jadilah diadakan sarungisasi.
Di bagian atas candi juga ada beberapa petugas yang rajin mengingatkan pengunjung yang nakal untuk tidak naik ke atas stupa buat foto-foto. Ada juga petugas yang dengan rajinnya menegur pengunjung yang menjadikan sarungnya untuk penutup kepala (yahh..maklum Borobudur kan panas banget tuh jadi banyak pengunjung yang improvisasi 'kreatifitas').
Sayangnya banyak kepala-kepala patung yang hilang, entah rusak atau memang dicuri :(
Setelah panas yang menyengat, waktunya kita makan! Hasil dari perenungan dan penerimaan wangsit yang brilian dari Bung Dani, jadilah kami makan di restoran yang cukup tenar, sempat beberapa kali masuk tv dan sukses bikin penonton di luar Jogja ngelap iler : JEJAMURAN!
Ini tempat makan highly recomended! Semua menunya enak-enak, jamurnya ga terasa sama sekali. Mulai dari jamur rendang, sate jamur, jamur asam manis, jamur kriuk, ahh pokonya semuanya! Apalagi (ternyata) makan siang kali ini dibayarin sama 3 anggota rombongan, yaitu Fajrie, Dhay dan Hasan :D
Perut kenyang, hati senang, dompet pun tenang. Haha. Sekarang waktunya cari oleh-oleh. Lagi-lagi dengan briliannya Bung Dani bertindak di luar nalar. Kita langsung dibawa ke pusat Bakpia 25, dimana proses produksinya bisa dilihat oleh pembeli secara langsung.
Abis dari Bakpia lanjut ke Gudeg Yu Jum. Gudeg bukan sembarang gudeg. Sayur kereceknya luar biasa nikmat dan tahan selama lebih dari 12 jam perjalanan. Super!
Fyi, baru kali ini saya ngerasain gudeg Jogja asli, dan rasanya menurut saya kaya dodol, manis banget! Jadi agak aneh waktu pertama kali makan, tapi selanjutnya bikin addict. hahaha. Oia, saya juga baru tau ternyata gudeg mahal juga yak harganya mulai dari Rp.45000/besek.
Setelah belanja makanan, saatnya mampir ke Malioboro menengok Bapak kusir yang sedang menanti penumpang. hehehe.
Karena kereta mengalami keterlambatan, jadilah kami icip-icip kuliner malam Jogja. Dan pilihannya jatuh kepada Bakmi Jogja yang letaknya di belakang Keraton. Yum! (again and again ini hasil petunjuk panjenengan Dani)
Jadwal kereta yang seharusnya pukul 7 malam berubah jadi pukul 00.30 dini hari. Zzzzz..
Setelah kurang lebih 8 jam, akhirnya kami menginjakan kaki kembali di St.Senen and (sadly) all of us have to face the reality - work, college and others.
Meski sangat singkat dan terkesan terburu-buru di setiap destinasinya, tapi bagi saya trip kali ini adalah untuk mengintip apa yang tersembunyi di Jogja untuk kemudian membawa saya kembali kesana mengungkapkan dan menelusuri yang lainnya :')
End.
Pengeluaran:
Tiket Kereta Ekonomi Progo (Pergi) Rp 35.000
Tiket Ekonomi AC (Pulang) Rp. 155.000
Transportasi di Yogyakarta 2 Hari Rp 100.000
Penginapan Rp 35.000
Tiket masuk Goa Pindul Rp 30.000
Tiket Masuk Punthuk Situmbu Rp 15.000
Tiket Masuk Candi Borobudur Rp 30.000
Total Rp 400.000
photos by: me, dhay, ecky, purwo
ahhh, gua kangen *melankolis
ReplyDeletekalo gua si dah biasa trip padet merayap gini, dan emang lebih enjoy kaya gini, hehe