Monday, April 30, 2012

Silently Observing

What we choose changes us.
Who we love transforms us.
How we create reshapes us.
What we do remakes us."
-- Dr. Eugene Callender
 

Terbentuknya pikiran dan perilaku seseorang ternyata tidak lepas dari pengaruh oleh lingkungan dan hal-hal yang dikonsumsinya saat masih anak-anak. Yap, kesimpulan itu saya dapatkan dari hasil mengamati sang adik dan penggalian beberapa memori saya tentang dirinya.

Usia adik saya sekarang 16 tahun. Adakalanya ia cerita mengenai teman-teman dan hal lain yang terjadi di sekolahnya. Suatu ketika, doi curhat tentang temannya yang boros kertas. Ga menghargai banget pokoknya, dibilangin pun masa bodoh. Adik saya sewot (tapi sewotnya di rumah. haha).
Meskipun bukan aktivis lingkungan, tapi ya dia cukup sayang bumi. Buang sampah pada tempatnya, saya juga kasih tau kalau ga nemu tempat sampah ya simpan/pegang dulu sampai ketemu. Memanfaakan kertas semaksimal mungkin, karena di kepalanya terekam banyaknya jumlah pohon yang dikorbankan untuk membuat beberapa gram kertas.
Flash back, waktu kecil (sejak mulai bisa baca) hobinya adalah baca Bobo, dan majalah itu cukup sering membahas tentang lingkungan terutama isu global warming.

Bapak saya komputer mania, jadi fasilitas komputer dan koneksi internet cukup memadai (setidaknya untuk main game. hahaha). Dulu saya sempat keranjingan Roaller Coaster Tycoon, Zoo Tycoon yang kemudian menular ke adik. Dari game-game itu dia jadi tau nama-nama hewan dan statusnya (terancam punah atau tidak), jenis-jenis tanaman, tanah, dsb, dalam bahasa Inggris. Sebenarnya saya juga heran sih, sampai sekarang dia masih inget sama nama-nama hewan dan status mereka. Saya aja lupa :hammer:

Yap, pada intinya pelajaran yang saya dapatkan adalah bahwa seorang anak merupakan representasi dari lingkungan dan orang-orang sekitarnya, Setiap hari yang kita lalui bersama mereka meninggalkan memori yang dalam baik bagi mereka, entah itu baik atau buruk.


"Life isn't about finding yourself. Life is about creating yourself"
-George Bernard Shaw-






Sunday, April 15, 2012

From Sky to Sea #1


Tujuh belas anak kota yang bosan dengan polusi kopaja dan segala gemerlap gedung bertingkat, mencari persinggahan di tempat lain. Tempat yang katanya memiliki alam indah berbukit nan menawan. Tempat yang katanya memiliki populasi lumba-lumba terbesar di Asia. Tempat yang telah berhasil memerangkap banyak hati bahkan sejak pertama menyentuhkan kaki diatasnya.

Yap, kami memutuskan untuk singgah ke pulau sebelah. Mengintip sebagian kecil pesona yang diciptakan alam untuknya: Krakatau dan Teluk Kiluan.

#Day 1 : So Long Jakarta [060412]

Halte di seberang RS. Harapan Kita jadi titik temu kami untuk kemudian menuju pelabuhan Merak. Banyak bus yang menuju ke arah Merak, tapi semakin malam akan semakin ramai. Karena 'saingan' kami malam ini adalah pekerja-pekerja yang tak sabar meninggalkan segala hiruk pikuk dan kebisingan kendaraan tak layak pakai.

Sekitar pk.20.30 perjalanan Jakarta-Merak dimulai. Dan sodara-sodara kami salah memilih bus, ternyata tidak semua bus jurusan Merak ber-AC. Bayarnya sama juga, Rp.20.000! :(
Jadi, telitilah sebelum naik!

Pk. 23.30. Merak. Titik awal petualangan kami.

Pk. 00.30. Perjalanan laut menuju Bekaheuni selama 3 jam kami habiskan di dek kapal.

Bagi saya, ini pengalaman yang luar biasa. Melihat secara langsung bagian depan kapal (yang ternyata) bisa naik dan turun #norak. Melihat gemerlap jakarta yang perlahan menghilang. Merasakan angin malam diatas kapal. Ahh..sayang malam itu bintang-bintang tak ikut menemani kami karena tertutup awan mendung.

uploding kendaraan
awan mendung yang menemani kami sepanjang perjalanan

#Day 2 : Touching Down Lampung [070412]

Pk. 03.30 kami resmi menginjakkan kaki di pulau seberang. Sekiar pukul 4, dari Bekaheuni langsung menuju Canti yang berjarak 2 jam perjalanan, tentunya bersama dengan 'agen' yang telah dipesan sebelumnya. hehehe.

welcome to canti!


Dari Canti inilah kami akan naik perahu menuju Pulau Sebesi, tempat kami menginap. Cuaca cerah dan langit yang berawan menjadi ucapan selamat datang, seakan menggoda kami untuk mencicipi sesegera mungkin keindahan yang dimilikinya.



Eitt..tapi tahan dulu, sebelumnya kami numpang sarapan dulu di Pulau Sebuku Kecil :D


After a break, then let's kiss some fishes!!

Masing-masing alam punya kelebihannya sendiri. Pulau Seribu tempat saya snorkeling sebelumnya memanjakan mata dengan terumbu-terumbu karangnya yang besar dan beragam. Di Pulau Sebesi ini saya bertemu banyak ikan-ikan centil yang bergerombol dan cukup aktif kalau kita 'pancing' mereka dengan biskuit. Terumbu karang disini juga lebih dangkal, jadi sebaiknya tidak memakai fin (sepatu katak), supaya tidak merusak mereka :)

snorkeling dikelilingi bukit
Puas berenang bareng ikan, sebelum ke penginapan kami mampir dulu ke Pulau Umang-umang. Buat yang ke Krakatau, you must visit it!! This place is piece of paradise *tears drop*.

almost paradiseee~

anak kota ketemu pantai
Bukit, laut, bebatuan besar yang terlempar dari Krakatau semua jadi satu di Pulau ini *nangis lagi*
i called it, Belitong kecil :)
Tapa dulu sebelum UN. haha
Bukan cuma daratan, langitpun menunjukkan keistimewaannya. Entah mengapa langit seakan terbagi dua, satu sisi mendung berawan dan sisi lain sangat cerah!

Puas icip sana sini, akhirnya ke penginapan. Eits, tapi ini bukan akhir dari perjalanan di hari kedua ini.

welcome
aula & penginapan
pemandangan di depan penginapan yang tak kalah cantik
Selesai beres-beres, mandi, makan, lanjut ke destinasi selanjutnya: KRAKATAU!
Menuju Krakatau, melewati Sebesi Besar (CMIIW)say hi to (son of) Krakatoa!


Pk.16.00. Setelah 2 jam perjalanan Sebesi-Krakatau akhirnya sampai.


Oia, perlu diluruskan yang akan kami daki adalah son of Krakatau. 'Ayahnya' yang tersohor itu, sampai sekarang masih dibawah laut.

Rakata

Batas pendakian adalah petak 10, jika sedang aktif biasanya wisatawan hanya diperbolehkan sampai pada petak 4. Gunung ini sungguh tidak seperti gunung-gunung lain yang hijau royo-royo penuh semak dan tumbuhan. Bagi saya ini padang pasir berkontur 45 derajat! AaaAAKkK!

patok 2, awal pendakian
jejak bekas aliran lava
"Don't look to the top. Just watch your steps, an every step. Then, you'll get there even before you realize it" -Azmy
45 derajat padang pasir berbatu
Pendakian (anak) Krakatau ini ternyata melahirkan sebuah pemikiran yang super, Bung! Bahwa dalam hidup saat ingin mewujudkan harapan, impian, jangan selalu melihat ke arah akhir perjalanan kita. Karena kita akan berpikir hal harapan dan impian tsb sulit digapai, teralu jauh, melelahkan. Tapi fokuslah dengan setiap langkah yang kita jalani, setahap demi setahap, hingga akhirnya tanpa disadari kita sudah melangkah jauh mendekati, bahkan sampai di tujuan.

speechless memandangi alam dari puncak



Panas, gersang, debu, batu, peluh semua terlupakan saat melihat pemandangan dari puncak (suddenly play: almost paradiseee~). Laut, gunung, langit, awan, semua berada dalam satu bingkai. Subhanallah.

from sky to sea :)
Rakata from the top
Ternyata baik di dunia maupun di akhirat, penggapaian surga tidaklah mudah. Butuh perjuangan dan kesungguhan hati :)

Pk. 17.30. Saatnya kembali ke penginapan. Perjalanan kali ini memakan waktu lebih lama, sekitar 3 jam. Karena ombak yang cenderung kencang.

Dan..lagi-lagi Ia memerkan karya-Nya. Purnama sempurna menampakkan wajahnya bahkan sebelum matahari selesai mengistirahatkan sinarnya, seakan berebut untuk menarik perhatian kami.
Sisi kanan, langit bersih berhias bulan cantik. Sisi kiri, langit jingga dengan bercak awan gelap yang menawan.





"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?" (QS. Ar-Rahman)



bersambung...photos by: me, ecky, mia










Tuesday, April 10, 2012

Kulo Tresno Ngayogjokarto! #Final Destination

Destinasi terakhir dalam trip singkat padat merekat (?) ini yaitu, Borobudur, Malioboro dan sekitarnya.

Yap, ternyata Borobudur masih sama panasnya seperti kunjungan saya 5 tahun lalu (ya emang ga mungkin juga sih tiba-tiba ada pohon di atas candi). Ini kunjungan saya yang ketiga kalinya, dan baru kali ini saya benar-benar aware sama harga tiket masuknya yang ternyata mahal juga ya bok! Untuk weekend Rp.30.000/orang, tarif ini mulai diberlakukan sejak 2012.

Meskipun topi-topi dan cenderamata nyaris sama seperti yang dijual (bahkan) 20 tahun lalu, tapi ada sekarang ada yang berbeda kalo kita mengunjungi Borobudur. Setiap pengunjung diwajibkan memakai kain yang telah disediakan, karena ini kan tempat ibadah jadi untuk mengantisipasi pakaian-pakaian pengunjung yang mini-mini jadilah diadakan sarungisasi.



Di bagian atas candi juga ada beberapa petugas yang rajin mengingatkan pengunjung yang nakal untuk tidak naik ke atas stupa buat foto-foto. Ada juga petugas yang dengan rajinnya menegur pengunjung yang menjadikan sarungnya untuk penutup kepala (yahh..maklum Borobudur kan panas banget tuh jadi banyak pengunjung yang improvisasi 'kreatifitas').




Sayangnya banyak kepala-kepala patung yang hilang, entah rusak atau memang dicuri :(


Setelah panas yang menyengat, waktunya kita makan! Hasil dari perenungan dan penerimaan wangsit yang brilian dari Bung Dani, jadilah kami makan di restoran yang cukup tenar, sempat beberapa kali masuk tv dan sukses bikin penonton di luar Jogja ngelap iler : JEJAMURAN!



Ini tempat makan highly recomended! Semua menunya enak-enak, jamurnya ga terasa sama sekali. Mulai dari jamur rendang, sate jamur, jamur asam manis, jamur kriuk, ahh pokonya semuanya! Apalagi (ternyata) makan siang kali ini dibayarin sama 3 anggota rombongan, yaitu Fajrie, Dhay dan Hasan :D



Perut kenyang, hati senang, dompet pun tenang. Haha. Sekarang waktunya cari oleh-oleh. Lagi-lagi dengan briliannya Bung Dani bertindak di luar nalar. Kita langsung dibawa ke pusat Bakpia 25, dimana proses produksinya bisa dilihat oleh pembeli secara langsung.



Abis dari Bakpia lanjut ke Gudeg Yu Jum. Gudeg bukan sembarang gudeg. Sayur kereceknya luar biasa nikmat dan tahan selama lebih dari 12 jam perjalanan. Super!
Fyi, baru kali ini saya ngerasain gudeg Jogja asli, dan rasanya menurut saya kaya dodol, manis banget! Jadi agak aneh waktu pertama kali makan, tapi selanjutnya bikin addict. hahaha. Oia, saya juga baru tau ternyata gudeg mahal juga yak harganya mulai dari Rp.45000/besek.
Setelah belanja makanan, saatnya mampir ke Malioboro menengok Bapak kusir yang sedang menanti penumpang. hehehe.

Karena kereta mengalami keterlambatan, jadilah kami icip-icip kuliner malam Jogja. Dan pilihannya jatuh kepada Bakmi Jogja yang letaknya di belakang Keraton. Yum! (again and again ini hasil petunjuk panjenengan Dani)

Jadwal kereta yang seharusnya pukul 7 malam berubah jadi pukul 00.30 dini hari. Zzzzz..
Setelah kurang lebih 8 jam, akhirnya kami menginjakan kaki kembali di St.Senen and (sadly) all of us have to face the reality - work, college and others.



Meski sangat singkat dan terkesan terburu-buru di setiap destinasinya, tapi bagi saya trip kali ini adalah untuk mengintip apa yang tersembunyi di Jogja untuk kemudian membawa saya kembali kesana mengungkapkan dan menelusuri yang lainnya :')


End.

Pengeluaran:
Tiket Kereta Ekonomi Progo (Pergi)                          Rp             35.000
Tiket Ekonomi AC (Pulang)                                       Rp.          155.000
Transportasi di Yogyakarta 2 Hari                              Rp           100.000
Penginapan                                                                Rp             35.000
Tiket masuk Goa Pindul                                             Rp             30.000
Tiket Masuk Punthuk Situmbu                                    Rp             15.000
Tiket Masuk Candi Borobudur                                   Rp             30.000
Total                                                                         Rp           400.000




photos by: me, dhay, ecky, purwo