Tuesday, September 27, 2011

when indONEsian are connected to ONE another #1


Selain ibu-ibu dan bapak-bapak yang lahir di tahun 70an, siapa disini yang belum punya akun di sosial media?
Kalau ada 'produk' diatas tahun 80an masih tunjuk tangan, dapet salam tuh dari abad 21!
Hehehe.. :p

Itu cuma hiperbola dari saya dengan situasi saat ini, dimana (bahkan) anak SD pun facebookan dan twitteran dengan aktifnya. Memang adakalanya sosial media bikin kita jadi ansos alias anti sosial, karena masing-masing jadi pada sibuk sendiri dengan smartphone-nya.

Kalau jaman dulu: Naik angkot. Bengong. Ga sengaja nyenggol. Maap-maapan (emang lebaran). Eh jadi ngobrol terus kenalan.
Sekarang: Naik angkot. Bengong. Ambil smartphone. "Ih macet banget cyinn. Betek!", update twitter (bagi yang punya pulsa). Celingukan, maksimal ngitung pohon di jalan (bagi yang minim pulsa/ga dapet koneksi internet/tanggal tua/gaptek).Link
Tapi ternyata kalau digunakan dengan baik, sosial media bisa jadi powerful dan bermanfaat banget loh! Seperti kisah-kisah yang saya dapat dari film dokumenter Linimassa di bawah ini :

1. Traditional goes International
Penampilannya memang biasa saja, becaknya juga roda tiga (kalau roda empat namanya mobil doongg) seperti becak-becak pada umumnya, logat beliau pun masih kental dengan aksen jawanya. Tapi jika kenal lebih dekat maka akan tampak jelas perbedaannya. Becak driver yang satu ini memasarkan jasanya lewat Facebook!
Haryadi atau yang lebih dikenal dengan nama Harry Van Yogya ini memanfaatkan internet untuk menawarkan jasa becaknya kepada para turis. Seiring berjalannya waktu tak hanya jasa transportasi saja yang ditawarkan, beliau pun merambah menjadi tour guide bahkan menerima pemesanan hotel. Walhasil kini Pak Harry pun punya 9ribu teman di dua Facebook-nya. Berbagai media sudah meliputnya, tamunya juga ga cuma turis lokal tapi juga mancanegara plus beberapa orang penting (seperti pejabat negara) dan kini sudah terbit buku mengenai dirinya.
Fyi, Pak Harry ini merupakan single parent dengan dua anak. Beliau juga sempat mengenyam pendidikan di tingkat universitas, meskipun hanya sampai tingkat 2. Nah, hal ini juga yang membuat saya berpikir bahwa ternyata pendidikan itu memang dapat memperbaiki kehidupan seseorang. Terbukti, pemikiran serta pengetahuan Pak Harry membawanya lebih maju dan kreatif dibandingkan dengan becak driver lainnya.


2. Merapi Update
Yap, seperti judulnya kisah kali ini mengenai kejadian di Gn.Merapi beberapa minggu lalu. Siapa sangka ternyata twitter menjadi media paling up to date yang mengabarkan tentang kondisi di Merapi dan bantuan apa yang dibutuhkan para korban pada saat itu. Jujur aja, sebenernya saya juga kaget sih ternyata koneksi di sana untuk internet cukup memadai. Sampai akhirnya banyak yang menawarkan diri untuk menjadi relawan. Ketika pemberitahuan mengenai pendaftaran relawan di post di twitter, dalam waktu 30 menit sudah ada 100 orang yang mendaftar. Luar biasa!. Disitu sangat terlihat bagaimana kekuatan sosial media dalam menyebarkan informasi se-begitu cepatnya. Selain itu, pelajaran lain yang bisa didapat yaitu jangan menganggap remeh atau nyinyir sama orang yang keliatannya twitter-an mulu. Yang tiap ketemu, jempolnya lagi scrool up-scrool down layar. Jangan-jangan dia orang yang berperan dalam menyebarkan informasi penting dan dinanti oleh banyak orang :D


Udah banyak ya tulisannya, tapi ceritanya juga masih banyak. Kalau begitu, istirahatkan mata dulu... :)


>> Next story <<

2 comments:

  1. nah, kalo mayoritas pada menggunakan socnet buat hal2 bermanfaat kaya gini gw setuju banget nih,, lw sendiri gimenong noy?? :malu:

    ReplyDelete
  2. klo gw buat tempat nyari info dan memenuhi kesenangan2 pribadi donggg..haha..

    ReplyDelete